Zaman dahulu
penduduk sekitar menyebutnya sebagai tempat para arwah leluhur bersemayam.
Tidak seorang pun yang pergi kesana kembali dalam keadaan selamat. Burung saja
enggan terbang diatasnya. Sampai akhirnya Dr.Franz Wilhelm Junghuhn, seorang
ilmuwan Belanda, berhasil menyikap misteri Kawah Putih dan menemukan keindahan
yang tersembunyi didalamnya. Danau berwarna putih dengan hamparan pasir yang
juga putih serta hamparan kabut yang menyelimutinya, menjadikan Kawah Putih bak
negeri di atas awan.
Dinginnya
kota Bandung pagi itu tak menyurutkan niat Eliaser unutk mengunjungi objek
wisaya Kawah Putih. Sejenak Eliaser memandangi indahnya Gunung Patuha yang
diselimuti kabut tipis, nyanyian burung-burung pagi itu terasa harmonis dengan
alam Gunung Patuha yang terutama kawah putihnya yang eksotis diketinggian 2.194
meter diatas permukaan laut.
Selain
Kawah Putih masih ada satu kawah lagi di Gunung Patuha ini yaitu Kawah Saat
yang terletak dibagian barat. Kedua kawah yang indah itu terbentuk akibat
letusan Gunung Patuha yang terjadi pada abad ke X dan XII. Nama gunung Patuha
berasal dari kata “Pak Tua”. Penduduk setempat juga sering menyebutnya Gunung
Sepuh (Tua – Bahasa Sunda)
Dari
gerbang membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 15 mwnit untuk sampai ke Kawah
Putih dengan kendaraan Colt Carry. Ditempuh dengan jalan kaki juga bisa, tentu
waktunya bisa 2 atau 3 kali lipatnya. Angkutan colt dirancang khusus sebagai
kendaraan menuju objek wisata Kawah Putih.
Nuansa Putih Sejauh
Mata Memandang
Setiba disana, Eliaser sungguh
takjub saat menginjakkan kaki di pasir putih. Didepan Eliaser tampak kawah nan
anggung dengan latar belakang tebing-tebing dan puncak Gunung Patuha yang
sesekali diselimuti kabut tipis, seakan memberikan atraksi alam kepada setiap
wisatawan yang datang. Hawa disekitar Kawah Putih sangat dingin, suasananya
sangat tenang dan dikelilingi pepohonan yang rimbun.
Keadaannya sungguh berbeda dengan
saat pertama kali Eliaser datangi. Berbagai fasilitas sudah tersedia dengan
baik, seperti tempat parker yang luas, warung penjual makanan, jalan menuju
Kawah Putih yang berupa anak tangga yang ditata dengan baik dan lain
sebagainya. Untuk sarana akomodasi didalam kawasan Kawah Putih terdapat
pondokan atau penginapan yang disewakan bagi wisatawan, juga hotel yang cukup
banyak tersebar didaerah Ciwidey. Ketika pertama kali Eliaser mengunjungi objek
wisata ini beberapa tahun lalu, semua fasilitas itu masih dalam tahap
pembangunan. Untuk mencapai lokasi Kawah Putih pada saat itu harus berjalan
menembus lebatnya hutan wisata yang berada di Gunung Patuha, tapi kini sudah
tersedia angkutan khusus menuju Kawah Putih.
Danau Kawah Putih memiliki keunikan
tersendiri. Airnya dapat berubah warna, tergantung kandungan mineral saat itu.
Kadang-kadang memutih seperti ditutupi salju, kadang hijau kebiru-biruan saat
cuaca terang, terkadang juga berwarna cokelat susu. Namun paling sering
terlihat berwarna putih disertai kabut tebal diatas permukaan kawah. Warna
putih sangat dominan disini. Selain permukaan kawahnya berwarna putih, pasir
dan bebatuan disekitarnya juga didominasi dengan warna putih. Mungkin itu
penyebabnya ia dinamakan Kawah Putih.
Dimalam hari, sekitar pukul 21.00,
saat langit cerah dan disinari bintang-bintang, dari danau terlihat pancaran
cahaya kehijau-hijauan. Kemudian cahaya berwarna hijau itu membentuk sebuah
lingkaran yang menerangi seluruh kawah. Menakjubkan!
Bentuk Kawah Putih mirip sebuah
danau yang dikelilingi dinding bukit yang sangat terjal, namun dibagian lain
agak landau menyerupai pantai sehingga pengunjung dapat berjalan ke tepi danau
dan menyentuh air kawah.
Dari awah kawah tercium aroma
belerang yang lumayan menyengat. Karena kandungan belerangnya yang tinggi, di
zaman pemerintahan Belanda sempat dibangun pabrik belerang bernama Zwavel Ontgining
Kawah Putih. Di zaman Jepang, usaha itu dilanjutkan dengan nama Kawah Putih
Kenzanka Gokoya Ciwidey yang langsung berada di bawah pengawasan milijer
Jepang. Sejak tahun 1987 PT.Perhutani (persero) unit III Jabar dan Banten
mengembangkan kawasan Kawah Putih ini menjadi sebuah objek wisata.
Didalam kawasan itu juga terdapat
goa buatan sedalam 5 meter yang katanya dulunya adalah tambang belerang. Bila
melewati didepannya, akan tercium bau belerang yang sangat menyengat. Juga
terdapat kios-kios yang menjual aneka cinderamata dan pedagang yang menjual buah
khas Ciwidey yaitu Stroberi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar