Selasa, 14 Januari 2014

Gaya Hidup Mobile


Saat ini jarang dijumpai orang tanpa memiliki alat komunikasi seluler, terutama handphone. Bahkan, pedagang kaki lima atau penjual mie ayam keliling juga selalu menenteng telepon seluler kemanapun dia pergi.
Fenomena ini tidak hanya terlihat dikota besar, tetapi juga di kota-kota kecil bahkan semakin jauh melipir hingga ke desa-desa. Harga telepen seluler, termasuk smartphone, yang semakin murah dan jangkauan layanan komunikasi data yang kian luas dengan tarif yang kian kompetitif membuat orang bisa berkomunikasi dan mengakses informasi dengan mudah, kapan saja dan dimana saja.
Kini komunikasi telah menjadi kebutuhan pokok setiap individu, tak sekedar gaya hidup informasi bahkan telah didudukan pada posisi sebagai hak dasar manusia. Itulah sebabnya, alat komunikasi seluler dan seluruh piranti yang terkait akses informasi menjadi bisnis paling besar dan tumbuh paling pesat.
Di Indonesia, jumlah pengguna handphone pada tahun lalu diperkirakan tak kurang dari 255 juta unit atau nomor empat terbesar didunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Meski berada diurutan ke empat, dari sisi rasio (perbandingan pengguna ponsel terhadap jumlah penduduk) Indonesia berada urutan teratas yakni mencapai 105%. Jumlah ini tidak termasuk computer, tablet dan perangkat mobil lain yang semakin beraneka ragam.
Sebagai bagian dari industri telekomunikasi digital dunia, penduduk Indonesia bisa ikut menikmati perkembangan teknologi informasi dimana setiap informasi yang dibutuhkan bisa diperoleh dengan cepat hanya dalam hitungan detik.
Alvin Toffler melihat dunia sedang mengalami sebuah fenomena, yang disebutnya sebagai gelombang ketiga atau third wave. First wave atau gelombang pertama berlangsung pada 1650-1750 atau dikenal sebagai masa bercocok tanam yang segala sesuatunya dikerjakan secara manual.
Kemudian second wave atau gelombang kedua dimulai pada abadke-18 yang sering disebut dengan istilah era industrialisasi.  Disini beberapa peran manusia secara perlahan mulai digantikan oleh mesin. Adanya mesin-mesin diberbagi sektor industry memungkinkan dilakukan produksi barang secara massal sehingga ongkos per unit menjadi makin murah.
Pasca akhir perang dunia kedua, gelombang ketiga (Third wave) mulai muncul dimana peran ilmu pengetahuan secara massif mengakselerasi peran mesin yang kemudian melahirkan abad teknologi informasi dan komunikasi. Era ini ditandai dengan semakin meluasnya penggunaan piranti media komunikasi dan informasi oleh khalayak.
Dalam perkembangan teknologi informasi komunikasi yang super cepat, setiap individu tidak hanya dapat bercakap-cakap dimana saja dan kapan saja, tetapi juga bisa mendapatkan apapun informasi yang dibutuhkan dalam sekejap melalui jaringan layanan data. Semuanya ada dalam satu genggaman tangan.
Eksistensi teknologi informasi dan komunikasi secara nyata telah mulai mengubah gaya hidup, perilaku, budaya, mobilitas, cara hidup dan berinteraksi hingga cara berekpresi manusia. Kini orang bisa mendengarkan radio, menonton televise atau membaca berita tentang suatu peristiwa dari gadget. Jutaan orang beramai-ramai menjadi warga Facebook, Twitter, Path, Instagram untuk sekedar narsis atau saling berkomunikaso dan berteman meski mereka tak pernah bertemu muka.
Oleh karena itu, dimasa depan industry telekomunikasi terutama layanan data akan menjadi sektor bisnis yang paling mempengaruhi seluruh aspek kehidupan modern bahkan peradaban manusia.
Siapapun tak mungkin menghentikannya, kecuali bersikap cermat dan selektif dalam memanfaatkan derasnya arus informasi yang secara massif masuk hingga kedalam ruang paling privat dalam kehidupan kita.

Tidak ada komentar: