Rabu, 16 Oktober 2013

Kasih Ibu dan Tiga Karung Berasnya

Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggallah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang. Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja di sawah. Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibunya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut dan kemudian berkata kepada ibunya: "Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja di sawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa ke sana".

Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan ke sekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak akhirnya pergi juga ke sekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa ibunya datang ke kantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : "Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, di sini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran". Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Awal bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk ke dalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".

Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras di rumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !". Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya Bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk di atas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.

Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja di sawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi." Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.

Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan ke sekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru-buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya dan akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam-diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing Hua dengan nilai 627 point.

Di hari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk di atas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi di sana masih terdapat tiga kantong beras. Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.

Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi." Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik ke atas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat ke belakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: "Oh Mamaku..................”

Pepatah mengatakan: "Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang zaman dan sepanjang kenangan." Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagiaan serta sukses di masa depannya.

Kisah Segelas Susu


Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang
hidup dari menjual asongan dari pintu ke
pintu, menemukan bahwa dikantongnya
hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan
dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk
meminta makanan dari rumah berikutnya.
Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian
saat seorang wanita muda membuka pintu
rumah. Anak itu tidak jadi meminta
makanan, ia hanya berani meminta segelas
air.

Wanita muda tersebut melihat, dan
berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah
lapar, oleh karena itu ia membawakan
segelas besar susu.

Anak lelaki itu meminumnya dengan
lambat, dan kemudian bertanya, "berapa
saya harus membayar untuk segelas besar
susu ini ?" Wanita itu menjawab:
"Kamu tidak perlu membayar apapun".
"Ibu kami mengajarkan untuk tidak
menerima bayaran untuk kebaikan" kata
wanita itu menambahkan.

Anak lelaki itu kemudian menghabiskan
susunya dan berkata :" Dari dalam hatiku
aku berterima kasih pada anda."

Bertahun-tahun kemudian, wanita muda
tersebut mengalami sakit yang sangat
kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak
sanggup menganganinya. Mereka akhirnya
mengirimnya ke kota besar, dimana
terdapat dokter spesialis yang mampu
menangani penyakit langka tersebut.

Dr. Howard dipanggil untuk melakukan
pemeriksaan. Pada saat ia mendengar
nama kota asal si wanita tersebut, terbersit
seberkas pancaran aneh pada mata Dr.
Howard. Segera ia bangkit dan bergegas
turun melalui hall rumahsakit, menuju
kamar si wanita tersebut. Dengan
berpakaian jubah kedokteran ia menemui si
wanita itu.

Ia langsung mengenali wanita itu pada
sekali pandang. Ia kemudian kembali ke
ruang konsultasi dan memutuskan untuk
melakukan upaya terbaik untuk
menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai
hari itu, Ia selalu memberikan perhatian
khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang,
akhirnya diperoleh kemenangan... Wanita
itu sembuh !!. Dr. Howard meminta bagian
keuangan rumah sakit untuk mengirimkan
seluruh tagihan biaya pengobatan
kepadanya untuk persetujuan. Dr. Howard
melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada
pojok atas lembar tagihan, dan kemudian
mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan
tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan
mampu membayar tagihan tersebut
walaupun harus diangsur seumur
hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri
untuk membaca tagihan tersebut, dan ada
sesuatu yang menarik perhatiannya pada
pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia
membaca tulisan yang berbunyi.."Telah
dibayar lunas dengan segelas besar susu !!"
tertanda, Dr. Howard Kelly.

Air mata kebahagiaan membanjiri matanya.
Ia berdoa:
"Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah
memenuhi seluruh bumi melalui hati dan
tangan manusia."

Beban hidup adalah kekuatan


Seorang anak perempuan yatim piatu yang
diasuh oleh neneknya nampak begitu murung. Si
anak merasa sedih karena dia tidak bisa
menikmati hidup seperti teman yang lainnya.

“Nek, kenapa hidupku berat seperti ini ? Aku
tidak pernah tahu ayah dan ibuku dan aku juga
tdak pernah menikmati hidup yang serba mudah
seperti teman-temanku ? Sampai kapan aku bisa
bertahan hidup seperti ini nek ?.”
Dengan sabar nenek berkata: “Cu, kita tidak
pernah bisa memilih dikeluarga mana kita harus
dilahirkan. Kita juga tidak bisa menahan
kepergian orang-orang disekitar kita. Itu semua
kehendak Yang Maha Kuasa. Bersabarlah
bukankah masih ada nenek disini “. Hibur si
nenek.

“Tapi nek, apakah aku sanggup bertahan hidup
kalau berbagai masalah datang kepadaku ?
Pikiranku berat dan hatiku tak pernah tenang

nek. Apakah aku tidak berhak untuk hidup
bahagia” ?, tanyanya kembali.

” Awas nek botol kosongnya jatuh masuk
kolong” , kata si anak perempuan.

Dengan sabar nenek duduk disebelahnya, ” Nak,
alam mengajarkan kita berbagai rahasia
kehidupan. Nenek sengaja menempatkan 2 botol
yg berbeda di atas meja dan menyalakan kipas
angin agar kamu bisa melihat dan belajar. Botol
kosong ibarat manusia yang hidupnya tanpa
beban, tanpa pengetahuan sementara botol yg
berisi air penuh sama seperti manusia yang
hidupnya mengalami berbagai macam tantangan
dan cobaan. Air di dalam botol ibarat beban
kehidupan.

Botol kosong tidak mampu menahan hembusan
angin yang menerpanya. Botol kosong tidak
memiliki kekuatan dan keseimbangan. Sementara
botol yang berisi air tetap berdiri kokoh
sekalipun angin menerpanya karena air yang ada
di dalamnya memberikan kekuatan dan
keseimbangan.

Beban yang kita rasakan sesungguhnya adalah
sumber kekuatan dan keseimbangan agar kita
mampu bertahan disetiap hempasan badai
kehidupan.

Jadi jangan takut dan jangan mengeluh dengan
apapun yang terjadi dalam hidupmu sekarang.
Bersyukur dan terus belajar dan setiap manusia
berhak untuk hidup bahagia.

” Terimakasih nek, sudah membuka hati dan
pikiranku, aku mengerti sekarang, mulai sekarang
aku akan berhenti mengeluh, tetapi aku akan
terus belajar dan berusaha agar kelak aku bisa
menikmati kehidupanku”.

HIDUP adalah kemampuan untuk menentukan
sikap dan mengelola pikiran di dalam segala
situasi.

Minggu, 13 Oktober 2013

Danau Linow



Warna yang selalu berubah-ubah dan memiliki kandungan kadar belerang yang tinggi, itulah karakteristik yang dimiliki Danau Linow yang terletak di Kelurahan Lahendong, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon, Sulawesi Utara.




Danau ini mempunyai luas sekitar 34 Ha. Di sekitar obyek wisata ini, terdapat burung blibis dan serangga bersayap yang bisa terbang. Danau Linow merupakan salah satu danau yang terkenal di Sulawesi Utara selain Danau Tondano tentunya. Warna danau yang selalu berubah-ubah dan mempunyai kadar belerang tinggi merupakan daya tarik utama Danau Linow. Perubahan warna danau tersebut juga dipengaruhi oleh terobosan sinar matahari yang masuk melalui celah-celah awan dan memantul dipermukaan danau.





Di lokasi wisata, wisatawan dapat berjalan-jalan menyusuri kecantikan Danau Linow,  yang di dalamnya terdapat beberapa titik yang dijadikan sebagai tempat beristirahat yang berupa tempat duduk lengkap dengan meja yang didesain mirip dermaga pelabuhan. Danau ini dilengkapi dengan lintasan khusus buat pejalan kaki, jadi kita bisa berkeliling memutari danau ini dengan berjalan menikmati keheningan, keindahan dari berbagai sisi sudut Danau Linow.

Untuk bisa sampai ke danau linow ini lumayan cukup mudah, kita bisa mengunakan kendaraan pribadi atau sewaan dari pusat Kota Manado jarak nya cuman kurang lebih sekitar 1,5 jam perjalanan. Sedangkan dari pusat Kota Tomohon,  jarak yang harus di tempuhnya hanya sekitar 30 menit.

Di pintu gerbang, setiap pengunjung akan dikenakan biaya masuk yaitu sebesar Rp.25.000, harga yang lumayan mahal tapi dengan harga tersebut sudah termasuk minuman ringan berupa kopi atau teh dan kue khas Manado yang disajikan secara gratis.

Danau ini dikelola oleh swasta, jadi kebersihannya, kealamiannya, kedamaian serta kenyamanan untuk pengunjung benar-benar dijaga.