“Legend of Guardians : The Owls of
Ga’Hoole” mengawali kisahnya dengan mimpi anak burung hantu bernama Soren yang
terobsesi dengan cerita-cerita ayahnya. Noctus (Hugo Weaving) yang sering
mendongengkan kisah heroik para penjaga Ga’Hoole dan perang di masa lalu.
Selagi Soren berharap suatu saat bisa bertemu dengan para pahlawannya itu,
Kludd (Ryan Kwanten) sang kakak justru membenci dongeng sebelum tidur tersebut.
Dia juga cemburu kepada Soren karena adiknya lebih diperhatikan dan pada saat
keduanya berlatih terbang, ayah mereka lebih sering memuji Soren. Kecemburuan
Kludd akhirnya berbuah kemalangan ketika dua kakak-beradik ini terjatuh dari rumah lalu “diculik” oleh dua
burung hantu. Soren dan Kludd dibawa ke tempat dimana burung hantu jahat
bernama Metalbeak (Joel Edgerton) “bersembunyi”. Berkedok penampungan anak
yatim bernama St.Aggie, dia dan Nyra (Hellen Mirren) mengumpulkan anak-anak
burung hantu untuk dijadikan budak. Soren pun berniat untuk kabur setelah
bertemu dengan Gylfie (Emily Barclay) sedangkan Kludd justru terbujuk rayuan
jahat “Pure Ones”
Minus perut kotak-kotak, burung-burung
hantu Ga’Hoole ini ternyata juga mampu tampil mengintimidasi dan sangar. Sayap
mereka tak ubahnya tameng yang sanggup menahan segara serangan, saat bertarung
helm mereka akan saling beradu menciptakan percikan-percikan api dan
cakar-cakar besi itu akan menjadi senjata mematikan. Jika saja Snyder tidak
sedang membuat film untuk anak-anak, mungkin dia akan tergiur untuk membuat
film ini menjadi “300” versi burung hantu. Snyder betul-betul mencampurkan gaya
khas actionnya ke dalam setiap adegan pertarungan. Animasi yang bisa terbilang
memukau berkat tangan-tangan magis Animal Logic ini tidak hanya berhasil
menyulap kerajaan para burung hantu menjadi dunia yang indah, tetapi juga
mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan baik, mengkonversi apa yang diinginkan
Snyder lalu mencetaknya ke dalam kualitas animasi yang punya kelas tersendiri.
Adegan-adegan pertarungan disini menjadi “memorable” ketika animasinya sendiri
begitu mendukung slow-motion yang sudah jadi ciri Snyder, ditampilkan tidak
berlebuhan dan ditempatkan dengan pas dalam adegam demi adegan yang memang
sangat perlu hal-hal berbau dramatisasi visual. Kesan kelam memang terasa
ketika tiba saatnya saya mengunjungi para “Pure Ones” tapi itu hanya sebatas
untuk makin menjelaskan perbedaan siapa yang jahat dan yang baik. Snyder
mengerti batas-batasnya sama seperti dia meramu adegan pertarungan yang saya
pikir bisa saja berubah lebih berdarah dan brutal, menjadi lebih “bersahabat”
ditonton keluarga dan anak-anak. Visual memang lebih bercerita ketimbang alur
ceritanya sendiri, menempatkan posisinya hanya sebagai hiburan dengan cerita
yang mudah ditebak lewat kisah-kisah standart “from zero to hero” dan konflik
bermoral antara kebaikan melawan kejahatan. Walau mengkhianati potensi
ceritanya untuk menjadi lebih berkesan, sajian cerita “ala kadarnya” yang mudah
ditebak ini sama sekali tidak mengganggu upaya film ini untuk terus menghibur.
Karakter-karakternya lucu dengan pengisi suara yang juga pas meminjakan
suaranya pada masing-masing karakter burung hantu, apalagi ditambah logat
Inggri begitu kental disini. “Legend of Guardians : The Owls of Ga’Hoole” pun
pada akhirnya menjadi petualangan animasi yang menyenangkan sekaligus menjadi
bukti jika Snyder juga sanggup “melatih dan menjinakkan” sekelompok burung
hantu menjadi atraksi utama yang menghibur.
Judul film :
“Legend of Guardians : The Owls of Ga’Hoole”
Jenis film :
Animation
Penulis :
John Orloff & John Collee
Produksi :
Warner Bros. Pictures
Sutradara :
Zack Snyder
Produser :
Zareh Nalbandian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar