Selasa, 14 Januari 2014

Kisah Bocah Laki-Laki


Seorang bocah laki-laki masuk ke sebuah toko.
Ia mengambil peti minuman dan mendorongnya ke dekat pesawat koin. Lalu, ia naik keatasnya sehingga ia bisa menekan tombol angka di telepon dengan leluasa. Ditekannya tujuh digit angka.
Si pemilik toko mengamati tingkah bocah ini dan menguping percakapan teleponnya :
Bocah                  : Ibu, bisakah saya mendapat pekerjaan memotong rumput di halaman ibu?
Ibu             : (via telepon) Saya sudah punya orang untuk mengerjakannya.
Bocah                  : Ibu bisa bayar saya setengah dari orang itu.
Ibu                       : Saya sudah sangat puas dengan hasil kerja orang itu.
Bocah         : (dengan sedikit memaksa) saya juga akan menyapu pinggiran trotoar rumah ibu dan saya jamin di hari minggu halaman rumah ibu akan jadi yang tercantik di antara rumah-rumah yang berada di kompleks perumahaan ibu.
Ibu                      : Tidak, terima kasih.
Dengan senyum diwajahnya bocah itu menaruh kembali gagang telepon.
Si pemilik toko yang sedari tadi mendengarkan, menghampiri bocah itu.
Pemilik toko   : Nak, aku suka sikapmu, semangat positifmu dan aku ingin menawarkanmu pekerjaan.
Bocah                 : Tidak, terima kasih.
Pemilik toko   : Tapi tadi kedengerannya kamu sangat menginginkan pekerjaan.
Bocah               : Oh, itu Pak. Saya Cuma mau mengecek apa kerjaan saya sudah bagus. Saya lah yang bekerja untuk ibu tadi.
Dari kisah ini, sebaiknyalah kita untuk mengevaluasi terhadap hal-hal yang sudah kita lakukan untuk memastikan kualitas yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena “ Waktu seperti sungai, kita tidak bisa menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya karena air yang telah mengalir akan terus berlalu dan tidak akan pernah kembali.”

Tidak ada komentar: