Betapa sering takjub ketika
melihat seseorang dengan dandanan yang ‘wah’, dengan cincin, gelang, anting
yang meliputi dirinya. Disertai pula dengan menjinjing tas merek terkenal.
Belum lagi mobil yang dikendarai yang tergolong dalam mobil mewah. Tak dapat
kita pungkiri bahwa jelaslah dia seorang wanita yang berada. Ia mampu mempunyai
semua itu.
Tentulah kita merasa, jika pada
level itu, pengucapan syukur akan terus menerus. Karena diberkati sekali
hidupnya dan sukses serta tidak dipusingkan dengan masalah ekonomi. Dan, tidak
jarang juga, ada rasa iri yang menghinggapi diri, mengapa kita tidak bisa
seperti itu. Walaupun sudah kerja siang-malam, tapi tidak bisa juga sekaya
wanita yang tadi.
Benar, bahwa kita selalu melihat
dari segi materi terlebih dahulu. Namun kita suka lupa bahwa hidup ini tidak
hanya materi belaka. Belum tentu kebahagiaan menghampiri kehidupan wanita kaya
raya tadi. Jikapun ya, dia berbahagia, maka bersyukur. Namun jika tidak,
alangkah malangnya hidupnya.
Kehidupan ini tidak dapat hanya
dihitung dari materi. Seorang teman, mempunyai penghasilan yang luar biasa
besarnya. Sebagai konsultan pendidikan, jasanya sangatlah dibutuhkan. Din pun
pekerja keras. Melihat dari harga rumahnya, sekolah anak-anaknya yang pada
diluar negeri serta hasil kerja nyatanya, ia dapat ditengarai sebagai orang
yang kaya raya. Namun, satu hal yang sangat menambah kekayaannya adalah
kesederhanaannya. Jika orang menggunakan handphone yang canggih, dia sangat
bersahaja menggunakan handphone seri lama. Jika orang-orang berlomba
menunjukkan betapa kaya dan eksistensi diri, maka dia lebih banyak merendahkan
hati. Mau naik angkutan umum, makan dipinggir jalan, serta tidur ditempat kos
seadanya bersama teman-teman kuliahnya. Jadi dari harta kekayaan yang memang
dia sudah miliki, maka bertambah lagi harta tersebut, dengan adanya
kesederhanaan dalam menjalani kehidupan ini.
Contoh lain juga ada seorang
pengacara sukses, yang tampil sepantasnya. Istilahnya tidaklah terlalu gembel,
tapi juga tidak terlalu mewah. Dengan aset yang dia miliki, sebenarnya sudah
dapat membawa dirinya di posisi pengacara yang berada. Namun, dia lebih memilih
unutuk berbuat bagi lebih banyak orang. Mobil tidak perlu mewah, namun cukup
representatif untuk menunjang kegiatan operasionalnya. Begitu juga fasilitas
lain, seperti fasilitas kantornya. Dengan demikian, situasi dikantornya
mencerminkan “Pembelaan kepada rakyat kecil”. Waktunya diatur sedemikian rupa
agar tetap bisa menyisihkan untuk pengabdian sosial, terutama untuk lingkungan
sekitarnya. Kesederhanaan itulah yang memperkaya kehidupannya.
Kedua tokoh diatas merupakan
contoh orang yang sukses, namun tampil dengan apa adanya. Menyadari bahwa
kehidupan ini tidak hanya dinilai dari materi, namun juga hal-hal yang
mendasar. Intinya dengan kebutuhan minimum, kita tetap dapat memberikan yang
terbaik bagi orang banyak. Tidak harus berlebihan, baru kita mau memberi.
Dengan hidup sederhana kita akan
melihat bahwa ada suatu nilai dari kehidupan yang tidak ternilai harganya.
Sehingga dalam situasi apapun, kita siap menghadapi. Karena kita mengetahui apa
kebutuhan minimum yang kita perlukan.